Kamis, 13 Maret 2008

Di Bawah Lindungan Ka bah

katagori: fiksi
Author: HAMKA
Penerbit : Bulan Bintang
Tahun : 1938; Cetakan XIII, 1978

Tanpa memberi tahu siapa pun, Hamid meninggalkan kampungnya menuju Siantar,
Medan. Kepergiannya kali ini bukan lagi untuk menuntut ilmu di sekolah, seperti yang ia lakukan beberapa tahun yang lalu. Hamid, ibarat orang sudah "jatuh tertimpa tangga pula". Setelah Haji Jafar, orang yang selama ini banyak menolongnya, berpulang ke Rahmatullah, tak lama kemudian ibu kandung yang dicintainya menyusul pula ke alam baka. Hamid kini tinggal sebatang kara. Ayahnya telah meninggal ketika ia berusia empat tahun. Dalam kemalangannya itu, mamak Asiah dan anaknya, Zainab, tetap menganggapnya sebagai keluarga sendiri. Oleh karena itu, Mak Asiah begitu yakin terhadap Hamid untuk dapat membujuk Zainab agar mau dikawinkan dengan saudara dari pihak mendiang suaminya. Dengan berat hati, Hamid mengutarakan maksud itu walaupun yang sebenarnya, ia sangat mencintai Zainab. Namun, karena Zainab anak orang kaya di kampung itu, ia tak berani mengutarakan rasa cintanya itu.

Setibanya di Medan, Hamid sempat menulis surat kepada Zainab. Isi surat itu mengandung arti yang sangat dalam tentang perasaan hatinya. Namun, apa mau dikata, ibarat bumi dengan langit; rasanya tak mungkin keduanya dapat bersatu. Meninggalkan kampung halamannya berikut orang yang dicintainya adalah salah satu jalan terbaik. Begitu menurut pikiran Hamid.

Dari Medan, Hamid meneruskan perjalanan ke Singapura dan akhirnya sampailah ia di tanah suci, Mekah. Di Mekah ia tinggal pada seorang Syekh, yang pekerjaannya menyewakan tempat bagi orang-orang yang akan menunaikan ibadah haji.

Telah setahun Hamid tinggal di kota suci itu. Pada musim Haji, banyaklah orang datang dari berbagai penjuru. Tanpa diduganya, teman sekampungnya, menyewa pula tempat Syekh itu. Orang yang baru datang itu bernama Saleh, suami Rosna, yang hendak menuntut ilmu agama di Mesir setelah ibadah haji selesai.

Dari pertemuan yang tak disangka-sangka itu, ternyata banyak sekali berita dari kampung halaman-terutama berita tentang Zainab yang sejak ditinggalkan Hamid dan tidak jadi dikawinkan dengan saudara ayahnya itu, kini senang dalam keadaan sakit-sakitan. Hamid sangat senang hatinya mendengar kabar itu, tetapi ia harus menyelesaikan ibadah hajinya yang tinggal beberapa hari. la bermaksud segera pulang ke kampung. Sementara itu Saleh, teman Hamid, segera mengirim surat kepada istrinya. Surat Saleh diterima istrinya yang segera pula memberitahukannya kepada Zainab. Alangkah senang hati Zainab mengetahui bahwa orang yang dicintainya ternyata masih ada. Namun, penyakit yang diderita Zainab makin hari makin parah. Dengan segala kekuatan tenaganya ia menulis surat untuk orang yang dikasihinya (hlm. 71).

Surat yang dikirim Zainab diterima Hamid. Namun, rupanya isi surat itu sangat mempengaruhinya. Dua hari setelah itu, bersamaan dengan keberangkatan para jemaah haji ke Arafah guna mengerjakan wukuf, kesehatan Hamid terganggu. Walaupun demikian, Hamid tetap menjalankan perintah suci itu.

Sekembalinya Hamid dari Arafah, suhu badannya semakin tinggi. Apalagi di Arafah, udaranya sangat panas. Hamid tak mau menyentuh makanan sehingga hadannya menjadi lemah. Pada saat yang sama, surat dari Rosna diterima Saleh yang menerangkan bahwa Zainab telah wafat. Kendati Hamid dalam keadaan lemah, ia mengetahui hahwa ada surat dari kampungnya. Firasatnya begitu kuat pada berita surat yang disembunyikan Saleh. Hamid menanyakan isi surat itu. Dengan berat hati Saleh menerangkan musibah kematian Zainab. "O, jadi Zainab telah dahulu dari kita?" tanyanya pula (hlm. 77).

Ketika akan berangkat ke Mina, Hamid tak sadarkan diri. Temannya, Saleh, terpaksa mengupah prang Badui untuk membawa Hamid ke Mina. Dari situ mereka menuju Masjidil Haram-kemudian mengelilingi Kabah sehanyak tujuh kali. Tepat di antara pintu Kabah dengan Batu Hitam, kedua prang Badui itu diminta berhenti. Hamid mengulurkan tangannya, memegang kiswah sambil memanjatkan dua yang panjang: "Ya Rabbi, Ya Tuhanku, Yang Maha Pengasih dan Penyayang!" Semakin lama suara Hamid semakin terdengar pelan. Sesaat kemudian, Hamid menutup matanya untuk selama-lamanya.

Sumber : Ringkasan dan Ulasan Novel Indonesia Modern, Grasindo : Jakarta

Kamis, 21 Februari 2008

Bagaimana Dengan Sekolah Gratis

Pendidikan gratis ? hehe. non sen itu.. mengambil angin saja harus bayar.. Kebijaksanan yang dikeluarkan pemerintah itu perlu lebih dipahami dulu. Gratis yang bagaimana karena dari dulu sekolah - sekolah sudah menggratiskan pada siswa - siswa yang tidak mampu dengan berbagai babagai biasiswa yang diterima oleh sekolah demi menyelamatkan siswa.

Hargai Dia merupakan suatu kesejahteraan

Guru tidak lagi semboyan ' tanpa tanda jasa ' karena situasi sudah berbeda dan tata nilai sudah berubah. kebutuhan sudah menuntut. Belum lagi kita lihat kondisi guru kita lihat " Guruku Malang, Guruku Terhalang,, " yang selalu menutut guru dengan memandang sebelah mata dan tidak memikirkan kesejahteraan guru yang selalu mangeak merintih oleh tanggungjawab sebagai guru dan kerja berat yang dipikulnya
Aneh lagi yang terjadi baru ini di salah satu sekolah terjadi salah paham antara guru dengan siswanya, sehingga siswa dengan terpaksa dikembalikan pada orang tuannya, opini membuat geger situasi pada saat itu sehingga guru menjadi objek pembicaraan.
Kita lihat lagi di media massa akan dinaikkan tunjangan guru yang masuk ke dalam anggaran negara, dengan dalih meringankan pemerintah memenuhi uu no. 12 temtang menaikkan tunjanngan 20 persen. Di satu segi tampaknya pemerintah mencoba meninabobokkan guru, tapi dipihak lain guru berpikir sama dengan bohong, bahwa guru dikibuli. Untuk itu Jalan Lain Mooogoook ngajar..

Kamis, 14 Februari 2008

Bagaimana Menjadi Percaya Diri?

Kepercayaan diri adalah efek dari bagaimana kita merasa, meyakini dan mengetahui. Orang yang percaya kepercayaan diri rendah atau kehilangan kepercayaan diri memiliki perasaan negatif terhadap dirinya

Kamis, 07 Februari 2008

Karir Dan Cita-Cita

Pencapaian cita-cita kadang-kadang banyak yang terkandas karena beberapa penghambat diantaranya banyaknya sistem KKN yang menghalanginya. 
sehingga karir selalu terhalang dengan sistim tersebut yang tidak fair dalam kedudukan karir tersebut
Ini adalah suatu hal membunuh karir bagi seseorang untuk menduduki jabatannya